BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
tuntutan kurikulum berbasis kompetensi dalam mata pelajaran biologi di SMP
adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip biologi untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran biologi di SMP juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang
positif terhadap biologi, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari biologi lebih
lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta
kemampuan ilmu biologi dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan
biologi dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa selain
untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi,
penguasaan konsep-konsep biologi akan mampu membentuk sikap positif terhadap
biologi pada kelas-kelas awal (kelas VII) di SMP. Sikap positif terhadap biologi
ini merupakan prasarat keberhasilan belajar biologi dan meningkatnya minat
siswa terhadap biologi pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika
penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi di kelas-kelas awal sangat
rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran biologi, sulit
diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran biologi di
kelas-kelas selanjutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut berimplikasi pada tugas
dan tanggung jawab yang sangat strategis pada guru-guru pengajar biologi.
Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap
konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi untuk memudahkan mereka mempelajari
biologi. Di samping itu pengajar di kelas-kelas awal diharapkan dapat
menumbuhkan sikap positif terhadap biologi serta membangkitkan minat mereka
terhadap biologi. Ini berarti proses pembelajaran biologi yang dilakukan guru
hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan
meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran biologi.
Secara umum partisipasi siswa dalam pembelajaran
relatif rendah. Sebagian besar siswa cenderung hanya mampu meniru apa yang
dikerjakan guru. Siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka
cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks,
sehingga menghabiskan banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien.
Siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi.
Motivasi belajar mereka tampak sangat rendah. Dilihat dari hasil belajar yang
ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah.
Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah
satu strategi pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar
berbagai peran orang dewasa dan melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom. (Arends, 1997; Arends, 2004;
Delisle, 1997). Kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak mereka lahir. Makin
sering orang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir makin
berkembang dan makin meningkat kemampuan berpikirnya. Seseorang yang tidak
memiliki pendidikan formal sekalipun kemampuan berpikirnya akan meningkat
apabila dia sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipikirkannya
(Depdikbud, 1999). Jika proses belajar hanya melatih siswa menghafal atau
memecahkan soal tertulis saja, maka kemampuan berpikir siswa hanya akan
meningkat dalam kemampuan menghafal atau mengerjakan soal tertulis saja. Untuk
dapat meng-hadapi masalah-masalah ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari maka siswa dalam proses belajarnya harus dilatih berpikir
untuk memecahkan masalah-masalah autentik yang ada disekitarnya (Depdikbud, 1999).
Metode ceramah ialah suatu
cara penyajian bahan pelajaran melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru
kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian
bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajran lain,
seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya. Metode ceramah bervariasi
adalah penerapan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat
bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode
ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai
dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode
seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk
melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan
refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu
mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi
siswa (Gilstrap dan Martin 1975).
Pembelajaran
berdasarkan masalah juga meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan terbuka
dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke aplikasi,
sintesis dan analisis (Kronberg dan Griffin, 2000), dan menjadikannya sebagai
pebelajar mandiri (Ommundsen, 2000; Hmelo, 1995). Sedangkan Liliasari (2001)
menyatakan bahwa model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan
berpikir konseptual tingkat tinggi calon guru IPA, dikatagorikan menjadi dua
kelompok yaitu untuk materi yang bersifat teoritis menggunakan metode diskusi
sedangkan untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya menggunakan metode
pemecahan masalah dan penemuan.
Dari uraian
diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Perbedaan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Dengan Metode
Ceramah Bervariasi Pada Bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
diidentifikasikan masalahnya sehingga dapat dikenal sebagai suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, bertolak belakang dari kenyataan diatas maka timbul suatu
persoalan yaitu apakah ada perbedaan
antara model pembelajaran
berbasis masalah dan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII pada pelajaran biologi.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas latar belakang diatas maka perlu
diadakan pembatasan masalah yang sesuai dengan permasalahannya yaitu pada mata
pelajaran biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah(Problem-Based Learning) dan
metode ceramah bervariasi apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa SMP kelas VII.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi bahasan ciri-ciri makhluk hidup antara model pembelajaran berbasis masalah(PBL)
dengan metode ceramah bervariasi ?
E.Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tujuan merupakan arahan
dari pelaksanaan. Dengan tujuan tersebut pelaksanaan peneliti menjadi lebih jelas dan
terarah, sedangkan tujuan peneliti adalah :
Untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) dan Metode Ceramah Bervariasi terhadap pelajaran
biologi pada bahasan ciri-ciri
makhluk hidup kelas VII SMP.
F.Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini ada dua segi yaitu :
- Ditinjau dari segi teoritis antara lain :
- Untuk menambah pengetahuan tentang masalah yang diteliti dan memberi masukan terhadap perkembangan pendidikan biologi khususnya serta pendidikan yang lain pada umumnya.
- Sebagai bahan kajian lebih lanjut terhadap pengetahuan yang sudah diperoleh untuk meningkatkan hasil belajar.
- Ditinjau dari segi praktis antara lain :
a.
Untuk menerapkan pengetahuan ilmu pengetahuan yang
penulis peroleh agar mendapat pengalaman dalam bidang penelitian.
b.
Sebagai sumbangan pemikiran untuk memecahkan masalah
yang ada pada siswa, dan membantu
guru dan siswa bahwa model pembelajaran
berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan nilai siswa pada pelajaran
biologi.
c.
Agar hasil penelitian ini dapat berguna sebagai
penuntun dan pedoman para mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah di masa
mendatang.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
Model pembelajaran
menurut kemmis dan Mc Taggart, pada
hakikatnya berupa perangkat yang terdiri dari empat komponen yaitu :
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Antara tindakan dan pengamatan dijadikan satu karena
adanya kenyataan bahwa antara penerapan dan pengamatan tidak bisa dipisahkan.
Dalam proses pembelajaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
periode 1978-1983 kabinet pembangunan 3 Daode Yoesoef berpendapat bahwa
murid-murid sekolah harus membiasakan untuk menghayati pengalaman. Perilaku
ilmiah harus menjadi kebiasaan hidupnya, kerja, praksis, budaya ilmiah, ketrampilan
fisik dan kesiapan mental yang dimiliki dan dikuasai serta diterapkan harus
menjadi perilaku sehari-hari.
I.Konsep Problem
Based Learning (PBL)
- Pengertian
Problem Based Learning (PBL)
8
|
Model
pembelajaran PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada
banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Menurut
John Dewey (dalam Trianto 2007:67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dengan lingkungan. Lingkungan memberikan masalah, lalu siswa menafsirkan
masalah tersebut sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman dari lingkungan
tersebutlah yang menjadi bahan dan materi untuk memperoleh pengertian sebagai
pedoman dan tujuan belajarnya.
PBL
berpusat pada siswa.PBL merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran
yang dapat digunakan guru dalam
mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007:8). Guru bertugas menggiring
siswa melakukan kegitan. Guru sebagai penyaji masalah, memberikan intruksi-intruksi,
membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan inkuari. Guru diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar melalui
suasana yang kondusif dengan menggunakan fasilitas, media dan materi
pembelajaran yang bervariasi.
Suatu hal
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah pertanyaan berbasis why
bukan sekedar how. Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan setiap tahap
dalam pemecahan masalah, ketrampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak
semata-mata keterampilan How, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan
bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah
digunakan dalam kerangka atau paduan dalam proses belajar melalui PBL namun
yang harus dicapai dalam proses pembelajaran adalah kemampuan memahami permasalahan dan alasan
timbulnya permasalahan tersebut.
- Sintaks PBL
Ada 5 fase dalam mengimplementasikan pembelajaran
PBL.
Tahap-tahap praktis dalam proses pembelajaran PBL
dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Fase
dalam mengimplementasikan pembelajaran PBL
Tahap
|
Tingkah laku guru
|
Tahap -1
Orientasi siswa pada
masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,menjelaskan logistik yang dibutuhkan,mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, motivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang di pilih.
|
Tahap -2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
|
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
|
Tahap -3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap -4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Tahap -5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
(sumber:Ibrahim & Nur,2005:13)
3.Kelebihan Dan Kelemahan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Keunggulan
model pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2008 : 2020)
a) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
b) Menantang kemampuan siswa serta memberikan
keputusan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Dapat meningkatkan aktivitas belajar
pembelajaran siswa.
d) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Dapat membantu siswa mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f) Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekedar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
pengetahuan baru.
h) Dapat meningkatkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar.
Kelemahan
model pembelajaran berbasis masalah meliputi hal berikut (Sanjaya:2008).:
a) Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka
mereka akan enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah
memerlukan cukup waktu dan persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
II.Konsep Metode Ceramah Bervariasi
1.
Pengertian
metode ceramah bervariasi
Metode
ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi (tanya jawab). Media pendukung yang
digunakan, seperti bahan serahan
(handouts),transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang
ditayangkan dengan LCD,
tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.Pengertian Metode
ceramah bervariasi ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode
ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan
metode pengajaran lain,
seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya. Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa metode ceramah adalah
cara mengajar yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru. Hal ini
karena metode ceramah mudah disajikan dan tidak memerlukan media. Metode
ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan
secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru.
Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara,
penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan
keberhasilan metode ini.
2. Sintaks Model Pembelajaran Dengan Metode
Ceramah Bervariasi (Tanya Jawab) Sebagai Berikut :
1)
Kegiatan
Persiapan
a)
Merumuskan
tujuan
b)
Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan
c)
Mempersiapkan
alat bantu
2)
Kegiatan
Pelaksaan
Ada tiga
kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru yaitu :
a) Kegiatan pembukaan
(1) Apersepsi
(2) Motivasi
(3) Memberi acuan
b)
Kegiatan
inti pelajaran
Yaitu
kegiatan penyampaian materi pembelajaran melalui informasi lisan.
c)
Kegiatan mengakhiri ceramah
Ceramah harus diakhiri melalui prosedur tertentu
agar materi yang harus diterima tidak dilupakan.
3. Kelebihan Dan Kelemahan Model Ceramah
Bervariasi
Kelebihan model pembelajaran menggunakan ceramah
bervariasi:
a. Guru mudah menguasai kelas
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
d. Lebih ekonomis dalam hal waktu
e. Memberi kesempatan pada guru untuk
menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
Kelemahan model pembelajaran menggunakan ceramah
bervariasi :
a. Membuat siswa pasif ,kegiatan belajar
mengajar berpusat pada guru sehingga menggurangi daya kreativitas dan aktivitas
siswa
b. Bila sering digunakan membuat siswa merasa
bosan
c. Mudah menimbulkan salah tafsir,salah paham
tentang istilah tertentu tanpa mengetahui artinya (verbalisme )
d. Guru tidak segera memperoleh umpan balik
tentang penguasaaan materi yang disampaikan.
B.Materi Ajar
I.Ciri-ciri Makhluk Hidup
1.
Iritabilitas dan Gerak
Kemampuan
menanggapi rangsang pada makhluk hidup disebut iritabilitas. Rangsangan itu
bisa berupa rangsangan cahaya, suhu, air, sentuhan, suara, bau, atau makanan.
Rangsangan tersebut merupakan rangsangan dari luar tubuh. Ada pula rangsangan
yang berasal dari dalam tubuh, misalnya ingin buang air karena kantung kemih
penuh urine, atau rasa lapar karena sudah saatnya makan.
Rangsangan
membuat makhluk hidup bereaksi. Ada kalanya reaksinya itu berupa gerakan. Gerak
berarti pemindahan sebagian atau seluruh tubuh makhluk hidup. Misalnya jika
kalian mencubit tangan teman kalian dia akan bereaksi dengan menarik tangannya.
Jadi gerak
merupakan perwujudan dari kepekaan makhluk hidup akibat makhluk hidup itu
menanggapi rangsang. Umumnya, hewan dapat bergerak aktif, sedangkan tumbuhan
umumnya bergerak secara pasif. Gerak aktif adalah gerak yang dilakukan
oleh organisme, dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Contohnya, hewan harus berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain untuk
mencari makan, mencari pasangan, atau bersembunyi. Dari musuh. Gerak pasif adalah
gerak yang dilakukan tanpa harus berpindah tempat. Misalnya, gerakan mekarnya
bunga atau pecahnya biji pada tumbuhan tertentu atau gerakan bunga matahari
yang selalu menghadap ke arah datangnya sinar matahari.
2. Makan
Semua
makhluk hidup memerlukan makanan. Tumbuhan dan hewan memerlukan makanan yang berbeda. Tumbuhan memerlukan
zat-zat anorganik, sedangkan hewan memerlukan zat-zat organik untuk makanannya.
Zat-zat
anorganik umumnya terdapat secara bebas di alam, misalnya air, mineral, dan gas
karbon dioksida (CO2), Tumbuhan mendapatkan air dan mineral dari
dalam tanah, dan gas CO2 dari udara. Selanjutnya CO2 akan
diubah menjadi zat organik, yaitu zat gula (dalam bentuk glukosa), oleh
klorofil dengan menggunkan energi cahaya.
Tumbuhan
mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Contoh zat organik adalah
gula, tepung, asam amino, protein, lemak dan vitamin. Gol hewan mendapatkan zat
organik tersebut dari tumbuhan atau dari tubuh hewan lain.
Makhluk
hidup memerlukan makana untuk mendapatkan energi. Energi yang diperoleh
digunakan untuk bergerak, tumbuh, menanggapi rangsang, dan berkembang biak.
Tumbuhan
memerlukan zat anorganik untuk disusun menjadi zat organik melalui proses
fotosintesis.
3. Melakukan Metabolisme
Didalam
tubuh makhluk hidup berlangsung reaksi yang disebut metabolisme. Reaksi
metabolisme dapat dibedakan mnjadi reaksi penyusunan dan reaksi perombakan.
Rekasi penyusunan dikenal sebagai anabolisme. Contohnya, reaksi sel-sel
tubuh dalam menyusun protein, lemak, dan reaksi sel tumbuhan dalam menyusun zat
organik melalui fotosintesis.
Reaksi
penguraian atau perombakan dikenal sebagai katabolisme. Misalnya,
sel-sel tubuh menguraikan gula menjadi gas karbon dioksida, air, dan energi.
Proses tersebut dikenal sabagai respirasi. Energi yang diperoleh dari hasil
respirasi digunakan untuk aktivitas makhluk hidup. Respirasi pada umumnya
membutuhkan oksigen. Oksigen diperoleh makhluk hidup melalui proses bernapas.
Jadi, saat bernapas makhluk menghrup oksigen untuk respirasi dan mengeluarkan
karbon dioksida sisa hasil respirasi.
Proses
metabolisme yang melibatkan berbagai reaksi kimia di dalam tubuh menghasilkan
zat sisa yang dapat meracuni tubuh. Oleh karena itu makhluk hidup perlu
membuang atau mengeluarkan zat-zat sisa tersebut yang dikenal sebagai proses ekskresi
4. Melakukan Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri yang dilakukan
oleh makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Sebagai contoh, jari-jari
kaki itik berselaput sebagai hasil adaptasi dengan lngkungan air. Akar napas
tumbuhan bakau di pantai sebagai hasil adaptasi dengan lingkungan kurang
oksigen di daerah pantai.
5. Tumbuh dan Berkembang biak
Anak kucing
yang dilahirkan akan berkembang menjadi dewasa. Setelah dewasa anak kucng
tersebut akan beranak Juga. Demikianlah, setiap makhluk hidup akan tumbuh dari
kecil menjadi besar. Setelah menjadi dewasa, makhluk hidup akan menghasilkan
keturunan baru. Dengan tumbuh, makhluk hidup dapat berkembang dari usia muda
menjadi usia dewasa. Dengan berkembang biak, makhluk hidup dapat meneruskan
kelestarian jenisnya.
II.Perbedaan antara Hewan dan Tumbuhan
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita dengan mudah dapat menemukan bahwa makhluk hidup
tergolong tumbuhan dan hewan. Pohon mangga, rumut, dan kelapa tergolong
tumbuhan. Sebaliknya, kucing, ayam, dan cacing tergolong hewan. Namun, beberapa
makhluk hidup seperti bakteri, jamur, dan protozoa, sulit untuk dikelompokkan ke dalam dunia
tumbuanatau hewan.
Jika kita
perhatikan dengan cermat, kita dapat menemukan beberapa ciri yang berbeda
antara tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dapat melakukan fotosintesis untuk
mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Tumbuhan mampu menyusun sendiri zat
organik melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan disebut makhluk
hidup autotrouf ( auto = sendiri,
tropein = makanan). Tumbuhan dapat berfotosintesis karena sel-selnya
mengandung kloroplas. Kloroplas adalah bagian sel yang berisi pigmen
hijau atau klorofil. Sebaliknya, hewan pada umumnya mendapatkan
makanannya dari makhluk hidup lain, dengan cara memakan baik tumbuhan maupun
hewan lain. Oleh karena itu hewan disebut makhluk heterotrouf.
Berdasarkan
makanannya, hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan tumbuhan, pemakan daging,
dan pemakan segala. Hewan pemakan tumbuhan disebut herbivor, contohnya adalah kambing, kelinci, dantikus.
Hewan pemakan daging disebut karnivor, contohnya serigala, elang, dan
ular. Hewan pemakan segala disebut omnivor, contohnya ayam, kera dan
manusia.
Ada jenis
tumbuhan yang tergolong tumbuhan pemakan daging. Tumbuhan karnivor itu biasanya
hidup di daerah yang kekurangan nitrogen. Untuk mendapatkan nitrogen, tumbuhan
itu ”memakan” hewan. Misalnya, tumbuhan kantong semar yang memakan serangga atau hewan kecil lain
yang terperangkap didalam alat tubuhnya yang menyerupai kantong. Didalam
kantong itu terdapat enzim pencerna, untuk mencerna tubuh hewan. Kemudian
kantong semar akan menyerap sari-sari makanan. Contoh tumbuhan karnivor yang
lain ialah venus flytrap.
Tumbuhan
dan hewan juga berbeda dalam hal geraknya. Tumbuhan pada umumnya tidak dapat
melakukan gerak aktif, seperti pindah tempat. Sebaliknya, hewan dapat bergerak
aktif, seperti pindah tempat, berjalan, dan berlari.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,
baik untuk kelas maupun individu.
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku
yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, ketrampilan, informasi dan nilai.
Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas
sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukan kinerja (prilaku) berarti
belajar menentukan ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang didapat oleh setiap
siswa dari proses belajarnya.
Secara umum Reigeluth dalam buku Nana Sudjana (2004:15)
mengatakan bahwa hasil belajar secara umum dapat dikategori menjadi tiga
(3) indikator,yaitu: (1) efektifitas pembelajaran yang biasanya diukur dari
tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut : (2) efisiensi pembelajaran,
yang biasaanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran. (3) daya
tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara
terus menerus. Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja yang
diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran Biologi di sekolah
dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya
dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu. Pemberian tes dengan
mengacu pada indikator dan ketrampilan
berfikir tertentu.
D.
Kajian Hasil Penelitian
Terdahulu
I Gusti Agung Nyoman Setiawan
menyatakan bahwa penerapan pengajaran kontekstual berbasis masalah
meningkatkan hasil belajar biologi .
Fitri Yuni Astiti dalam penelitiannya model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) untuk meningkatkan hasil belajar.
Dany Andriani dalam
penelitiannya Peningkatan hasil belajar IPS ekonomi dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
Unik rahayu menyimpulkan ada peningkatan hasil
belajar siswa melalui metode pengajaran berbasis masalah.
Raden muhammad tohir,s.pd menyimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar
siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dalam
memecahan masalah pada mata pelajaran pkn kelas x.
E.
Kerangka Pikir
Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi,
mentransfer ilmunya, menguasai kegiatan di kelas atau semua kegiatan berpusat
pada guru. Tetapi hendaknya konsep-konsep penting bisa tertanam dengan kuat
dalam benak siswa. Guru juga harus mampu melibatkan siswa secara aktif sehingga
proses yang terjadi adalah “bagaimana belajar bersama antara guru dan murid”.
Oleh karena
itu perlu adanya metode yang lebih cocok bagi siswa, untuk lebih berperan
aktif dalam proses belajar pembelajaran, sehingga tercipta kondisi belajar yang
efektif dan menyenangkan
serta siswa mampu menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Bertolak
dari uraian di atas pembelajaraan berbasis masalah atau Problem Based
Learning (PBL) adalah
salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan, karena dalam PBL siswa dituntut ikut serta aktif dan kreatif dalam proses belajar
mengajar.
F.
Hipotesis
Menurut
dasar pemikiran dan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Ada perbedaan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan Ceramah Bervariasi terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VII SMP PGRI 1 Kediri semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 pada materi
Ciri-Ciri Makhluk Hidup”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Adapun variabel -
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah :
Perbedaan model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan model pembelajaran ceramah bervariasi.
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian
ini mempunyai variabel terikat adalah hasil belajar yaitu hasil nilai ulangan
setelah menyelesaikan soal yang diberikan pada akhir pembelajaran.
B.Teknik dan Pendekatan Penelitian
1. Teknik Penelitian
24
|
1.1 Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan
sebagai berikut :
X1
Kelas Eksperimen I dengan PBL
|
X2
Kelas Eksperimen II dengan metode ceramah
bervariasi
|
Y
Hasil Belajar
|
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan secara kuantitatif, karena data yang akan dicari
adalah data yang berupa nilai atau angka
yang diperoleh dari hasil tes yang telah dilakukan.
C.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP PGRI 1 Kediri.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari tanggal 7 Oktober sampai
25 November 2011.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 80). Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Dari
keterangan tersebut peneliti simpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan
objek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
PGRI 1 Kediri.
2. Sampel
Sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang ditunjuk oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2008 : 80). Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi Sampel disini merupakan bagian
dari populasi yang dijadikan subjek penelitian.
Adapun sampel dari penelitian ini yaitu
kelas VII A sebagai X1 (model pembelajaran PBL ) dan kelas VII B sebagai X2
(Ceramah Bervariasi) dengan teknik pengambilan sampel adalah teknik random
sampling.Kedua kelas yang terpilih
yang mempunyai kemampuan belajar yang rata-rata hampir sama sehingga dapat
dilakukan peneltian.
E.Instrumen Penelitian dan Teknik
Pengumpulan Data
1. Pengembangan Instrumen
Instrumen
dalam penelitian ini adalah alat, bahan atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, sehingga lebih mudah diolah.
Adapun
Instrumen penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),Intrumen
pengukuran hasil belajar.
2. Validasi Instrumen
Instrumen untuk
mengukur hasil belajar adalah tes hasil belajar
Tes dilakukan
secara tertulis berbentuk :
1. Objektif (Pilihan Ganda)
2. Subjektif ( Uraian Singkat)
3. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Prosedur Kerja
Untuk prosedur kerja dalam penelitian ini antara lain :
a. Menentukan kelas X1 dan kelas X2 dengan
menggunakan dua kelas dengan nilai rata-rata hampir sama yang didapatkan dari
hasil ulangan harian serta informasi dari guru kelas VII semester I.
b. Melakukan pembelajaran pada siswa kedua
kelas eksperimen I dan eksperimen II.
c. Melakukan post test pada kelas eksperimen
I dan eksperimen II
Dari penelitian ini diperoleh
data berupa skor hasil belajar biologi siswa yang diperoleh melalui tes hasil
belajar biologi.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah lembar tes dengan bentuk soal sebagai berikut :
a. Objektif sebanyak 25 soal dan empat
alternatif jawaban (a, b, c, atau d) tiap jawaban yang benar diberi skor 3.
b. Subjektif sebanyak 5 butir soal, tiap
jawaban yang benar diberi skor 5.
Dari tes objektif
didapat nilai 25 x 3 = 75 dan dari tes subjektif diperoleh nilai 5 x 5 = 25. Total
nilai maksimum yang didapat adalah 75 + 25 = 100. Adapun hasil akhir nilai tersebut merupakan
ukuran tinggi rendahnya hasil belajar.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
uji t dan diolah dengan menggunakan program SPSS 17.
29
|
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil belajar
siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan motode ceramah bervariasi tertera pada lampiran 8, sedangkan
perbedaan hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 grafik hasil
belajar siswa dari kedua model pembelajaran.
Rata-rata
nilai kedua kelas sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai rata-rata yang
hampir sama,kemudian setelah diajarkan dengan motede ceramah bervariasi
dilakukan tes diperoleh rata-rata 64,66 sedangkan untuk model pembelajaran
berbasis masalah diperoleh rata-rata 78,22.
29
|
Dari tabel
yang tertera di lampiran 9 diketahui nilai t-hitung sebesar (9,402) lebih besar daripada nilai
t-tabel (1,986). Hal tersebut berarti hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dan metode ceramah
bervariasi berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan,
bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi ciri-ciri makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP PGRI 1 Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012 khususnya model pembelajaran berbasis masalah.
- Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Model
pembelajaran berbasis masalah lebih banyak
menekankan kepada tanggung jawab pribadi maupun kelompok yang harus
menemukan masalah
yang telah disampaikan dan memecahkan masalah yang telah ditemukan, sedangkan pada motode ceramah bervariasi siswa hanya mendengarkan
informasi yang telah disampaikan oleh guru. Metode ceramah bervariasi
penyajian pelajaran oleh guru
dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode
ceramah sangat tergantung pada kemampuan
guru. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi
suara, penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan
keberhasilan metode ini.
Pembelajaran berdasarkan masalah melatih siswa untuk
belajar sekaligus mengajari teman lain melalui komunikasi yang efektif tentang
apa yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya. Dalam proses belajar
tersebut mereka saling tergantung antara satu dengan yang lainnya untuk menuju
kesuksesan pemecahan masalah yang kompleks .Ketergantungan di antara anggota kelompok disebabkan pemecahan
masalah itu telah dirancang dengan sengaja dalam proses pembelajaran ini,
karena dalam memecahkan masalah yang kompleks secara komprehensif mustahil
dikerjakan sendiri. Kondisi pembelajaran seperti ini melatih siswa bagaimana
berinteraksi dengan sesama teman sesama kelompok.
Dalam model
PBL siswa
secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar. Menurut Shofiyatul ( 2005)
dalam belajar IPA keterlibatan langsung sangat penting karena siswa dapat
melihat, menemukan dan mengalami pengetahuan itu sendiri tanpa menunggu
pemberian dari guru. Astiti ( 2007 ) menggemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dari pada metode ceramah.Pengetahuan yang didapat dari pengalaman akan
lebih kuat tertanam pada diri siswa. Siswa tidak bisa menerima dan memahami
konsep IPA dengan baik jika hanya diberi pengetahuan melalui ceramah saja,
tetapi harus dilakukan dengan memberi pengalaman-pengalaman yang konkrit agar
siswa menahami konsep biologi secara baik dan benar.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran, menantang kemampuan siswa serta memberikan keputusan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran
siswa, membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata, membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan, memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
dari guru atau dari buku-buku saja, mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
pengetahuan baru serta dapat meningkatkan minat siswa untuk secara terus-menerus
belajar.
Jadi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) memberikan
pengalaman-pengalaman konkrit pada siswa. Siswa dibimbing untuk memperoleh data
dan menemukan konsep IPA. Dengan cara seperti ini pemahaman siswa
IPA menjadi lebih baik.
|
|
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1.Ada perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi bahasan ciri-ciri makhluk hidup antara model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan metode
ceramah bervariasi.
2.Hasil belajar menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning)
lebih tinggi daripada metode ceramah bervariasi pada pelajaran
biologi bahasan ciri-ciri makhluk
hidup.
B.
Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah :
1.
Guru diharapkan
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk memilih model ataupun
teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2.
33
|
34
|
sehun, baekhyun, d.o, kai, suh, chanyeol, lay, chen, xiumin
BalasHapusi love exo :)