Senin, 29 September 2014

Bab 1 - Bab 5

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu tuntutan kurikulum berbasis kompetensi dalam mata pelajaran biologi di SMP adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran biologi di SMP  juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap biologi, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari biologi lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan ilmu biologi dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan biologi dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi, penguasaan konsep-konsep biologi akan mampu membentuk sikap positif terhadap biologi pada kelas-kelas awal (kelas VII) di SMP. Sikap positif terhadap biologi ini merupakan prasarat keberhasilan belajar biologi dan meningkatnya minat siswa terhadap biologi pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran biologi, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran biologi di kelas-kelas selanjutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut berimplikasi pada tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis pada guru-guru pengajar biologi. Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi untuk memudahkan mereka mempelajari biologi. Di samping itu pengajar di kelas-kelas awal diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap biologi serta membangkitkan minat mereka terhadap biologi. Ini berarti proses pembelajaran biologi yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran biologi.
Secara umum partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Sebagian besar siswa cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru. Siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien. Siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi. Motivasi belajar mereka tampak sangat rendah. Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah.
Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu strategi pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom. (Arends, 1997; Arends, 2004; Delisle, 1997). Kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak mereka lahir. Makin sering orang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir makin berkembang dan makin meningkat kemampuan berpikirnya. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal sekalipun kemampuan berpikirnya akan meningkat apabila dia sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipikirkannya (Depdikbud, 1999). Jika proses belajar hanya melatih siswa menghafal atau memecahkan soal tertulis saja, maka kemampuan berpikir siswa hanya akan meningkat dalam kemampuan menghafal atau mengerjakan soal tertulis saja. Untuk dapat meng-hadapi masalah-masalah ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari maka siswa dalam proses belajarnya harus dilatih berpikir untuk memecahkan masalah-masalah autentik yang ada disekitarnya (Depdikbud, 1999).
             Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya. Metode ceramah bervariasi  adalah penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa (Gilstrap dan Martin 1975).
Pembelajaran berdasarkan masalah juga meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan terbuka dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke aplikasi, sintesis dan analisis (Kronberg dan Griffin, 2000), dan menjadikannya sebagai pebelajar mandiri (Ommundsen, 2000; Hmelo, 1995). Sedangkan Liliasari (2001) menyatakan bahwa model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir konseptual tingkat tinggi calon guru IPA, dikatagorikan menjadi dua kelompok yaitu untuk materi yang bersifat teoritis menggunakan metode diskusi sedangkan untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya menggunakan metode pemecahan masalah dan penemuan.
Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Perbedaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem  Based  Learning) Dengan  Metode Ceramah Bervariasi Pada Bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP.”


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sehingga dapat dikenal sebagai suatu masalah yang memerlukan pemecahan, bertolak belakang dari kenyataan diatas maka timbul suatu persoalan yaitu apakah ada perbedaan antara model pembelajaran berbasis masalah dan metode ceramah bervariasi  terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII pada pelajaran biologi.

C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas latar belakang diatas maka perlu diadakan pembatasan masalah yang sesuai dengan permasalahannya yaitu pada mata pelajaran biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah(Problem-Based Learning)  dan metode  ceramah bervariasi apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa SMP kelas VII.

D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi bahasan ciri-ciri makhluk hidup antara model pembelajaran berbasis masalah(PBL) dengan metode ceramah bervariasi ?



E.Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tujuan merupakan arahan dari pelaksanaan. Dengan tujuan tersebut  pelaksanaan peneliti menjadi lebih jelas dan terarah, sedangkan tujuan peneliti adalah :
Untuk mengetahui  perbedaan hasil belajar Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) dan Metode Ceramah Bervariasi terhadap pelajaran biologi pada bahasan ciri-ciri makhluk hidup kelas VII SMP.

F.Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini ada dua segi yaitu :
  1. Ditinjau dari segi teoritis antara lain :
    1. Untuk menambah pengetahuan tentang masalah yang diteliti dan memberi masukan terhadap perkembangan pendidikan biologi khususnya serta pendidikan yang lain pada umumnya.
    2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut terhadap pengetahuan yang sudah diperoleh untuk meningkatkan hasil belajar.

  1. Ditinjau dari segi praktis antara lain :
a.       Untuk menerapkan pengetahuan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh agar mendapat pengalaman dalam bidang penelitian.
b.      Sebagai sumbangan pemikiran untuk memecahkan masalah yang ada pada siswa, dan membantu guru dan siswa bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan nilai siswa pada pelajaran biologi.
c.       Agar hasil penelitian ini dapat berguna sebagai penuntun dan pedoman para mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah di masa mendatang.


BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.    Kajian Teori
Model pembelajaran menurut kemmis dan Mc Taggart, pada hakikatnya berupa perangkat yang terdiri dari empat komponen yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Antara tindakan dan pengamatan dijadikan satu karena adanya kenyataan bahwa antara penerapan dan pengamatan tidak bisa dipisahkan.
Dalam proses pembelajaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 1978-1983 kabinet pembangunan 3 Daode Yoesoef berpendapat bahwa murid-murid sekolah harus membiasakan untuk menghayati pengalaman. Perilaku ilmiah harus menjadi kebiasaan hidupnya, kerja, praksis, budaya ilmiah, ketrampilan fisik dan kesiapan mental yang dimiliki dan dikuasai serta diterapkan harus menjadi perilaku sehari-hari.

I.Konsep Problem  Based  Learning (PBL)
  1. Pengertian  Problem  Based  Learning (PBL)
8
Problem based learning biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar, bagaimana belajar (Ibrahim,M 2000:14).
Model pembelajaran  PBL merupakan suatu model pembelajaran  yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Menurut John Dewey (dalam Trianto 2007:67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dengan lingkungan. Lingkungan memberikan masalah, lalu siswa menafsirkan masalah tersebut sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman dari lingkungan tersebutlah yang menjadi bahan dan materi untuk memperoleh pengertian sebagai pedoman dan tujuan belajarnya.
PBL berpusat pada siswa.PBL merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru  dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007:8). Guru bertugas menggiring siswa melakukan kegitan. Guru sebagai penyaji masalah, memberikan intruksi-intruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuari. Guru diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar melalui suasana yang kondusif dengan menggunakan fasilitas, media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah pertanyaan berbasis why bukan sekedar how. Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan setiap tahap dalam pemecahan masalah, ketrampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak semata-mata keterampilan How, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan dalam kerangka atau paduan dalam proses belajar melalui PBL namun yang harus dicapai dalam proses pembelajaran adalah kemampuan memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut.
  1. Sintaks  PBL
Ada 5 fase dalam mengimplementasikan pembelajaran PBL.
Tahap-tahap praktis dalam proses pembelajaran PBL dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Fase dalam mengimplementasikan pembelajaran PBL
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap -1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik yang dibutuhkan,mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, motivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang di pilih.
Tahap -2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap -3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap -4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap -5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
  (sumber:Ibrahim & Nur,2005:13)

3.Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Keunggulan model pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2008 : 2020)
a)      Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b)      Menantang kemampuan siswa serta memberikan keputusan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c)      Dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran siswa.
d)     Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e)      Dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f)       Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus  dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar dari guru atau dari buku-buku saja.
g)      Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.
h)      Dapat meningkatkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.
Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah meliputi hal berikut (Sanjaya:2008).:
a)      Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan enggan untuk mencoba.
b)      Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah memerlukan cukup waktu dan persiapan.
c)      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

II.Konsep Metode  Ceramah Bervariasi
1.      Pengertian metode  ceramah bervariasi
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi (tanya jawab). Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.Pengertian Metode ceramah bervariasi  ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya. Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa metode ceramah adalah cara mengajar yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru. Hal ini karena metode ceramah mudah disajikan dan tidak memerlukan media. Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah  sangat tergantung pada kemampuan guru. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara, penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan keberhasilan metode ini.
2.      Sintaks Model Pembelajaran Dengan Metode Ceramah Bervariasi (Tanya Jawab) Sebagai Berikut :
1)      Kegiatan Persiapan
a)      Merumuskan tujuan
b)      Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan
c)      Mempersiapkan alat bantu
2)      Kegiatan Pelaksaan
Ada tiga kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru yaitu :
a)      Kegiatan pembukaan
(1)   Apersepsi
(2)   Motivasi
(3)   Memberi acuan
b)      Kegiatan inti pelajaran
Yaitu kegiatan penyampaian materi pembelajaran melalui informasi lisan.
c)      Kegiatan mengakhiri ceramah
Ceramah harus diakhiri melalui prosedur tertentu agar materi yang harus diterima tidak dilupakan.



3.      Kelebihan Dan Kelemahan Model Ceramah Bervariasi
Kelebihan model pembelajaran menggunakan ceramah bervariasi:
a.       Guru mudah menguasai kelas
b.      Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
c.       Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
d.      Lebih ekonomis dalam hal waktu
e.       Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
Kelemahan model pembelajaran menggunakan ceramah bervariasi :
a.       Membuat siswa pasif ,kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru sehingga menggurangi daya kreativitas dan aktivitas siswa 
b.      Bila sering digunakan membuat siswa merasa bosan
c.       Mudah menimbulkan salah tafsir,salah paham tentang istilah tertentu tanpa mengetahui artinya (verbalisme )
d.      Guru tidak segera memperoleh umpan balik tentang penguasaaan materi yang disampaikan.

B.Materi Ajar
I.Ciri-ciri Makhluk Hidup
1.      Iritabilitas dan Gerak
Kemampuan menanggapi rangsang pada makhluk hidup disebut iritabilitas. Rangsangan itu bisa berupa rangsangan cahaya, suhu, air, sentuhan, suara, bau, atau makanan. Rangsangan tersebut merupakan rangsangan dari luar tubuh. Ada pula rangsangan yang berasal dari dalam tubuh, misalnya ingin buang air karena kantung kemih penuh urine, atau rasa lapar karena sudah saatnya makan.
Rangsangan membuat makhluk hidup bereaksi. Ada kalanya reaksinya itu berupa gerakan. Gerak berarti pemindahan sebagian atau seluruh tubuh makhluk hidup. Misalnya jika kalian mencubit tangan teman kalian dia akan bereaksi dengan menarik tangannya.
Jadi gerak merupakan perwujudan dari kepekaan makhluk hidup akibat makhluk hidup itu menanggapi rangsang. Umumnya, hewan dapat bergerak aktif, sedangkan tumbuhan umumnya bergerak secara pasif. Gerak aktif adalah gerak yang dilakukan oleh organisme, dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Contohnya, hewan harus berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain untuk mencari makan, mencari pasangan, atau bersembunyi. Dari musuh. Gerak pasif adalah gerak yang dilakukan tanpa harus berpindah tempat. Misalnya, gerakan mekarnya bunga atau pecahnya biji pada tumbuhan tertentu atau gerakan bunga matahari yang selalu menghadap ke arah datangnya sinar matahari.
2.      Makan
Semua makhluk hidup memerlukan makanan. Tumbuhan dan hewan memerlukan makanan yang berbeda. Tumbuhan memerlukan zat-zat anorganik, sedangkan hewan memerlukan zat-zat organik untuk makanannya.
Zat-zat anorganik umumnya terdapat secara bebas di alam, misalnya air, mineral, dan gas karbon dioksida (CO2), Tumbuhan mendapatkan air dan mineral dari dalam tanah, dan gas CO2 dari udara. Selanjutnya CO2 akan diubah menjadi zat organik, yaitu zat gula (dalam bentuk glukosa), oleh klorofil dengan menggunkan energi cahaya.
Tumbuhan mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Contoh zat organik adalah gula, tepung, asam amino, protein, lemak dan vitamin. Gol hewan mendapatkan zat organik tersebut dari tumbuhan atau dari tubuh hewan lain.
Makhluk hidup memerlukan makana untuk mendapatkan energi. Energi yang diperoleh digunakan untuk bergerak, tumbuh, menanggapi rangsang, dan berkembang biak.
Tumbuhan memerlukan zat anorganik untuk disusun menjadi zat organik melalui proses fotosintesis.
3.      Melakukan Metabolisme
Didalam tubuh makhluk hidup berlangsung reaksi yang disebut metabolisme. Reaksi metabolisme dapat dibedakan mnjadi reaksi penyusunan dan reaksi perombakan. Rekasi penyusunan dikenal sebagai anabolisme. Contohnya, reaksi sel-sel tubuh dalam menyusun protein, lemak, dan reaksi sel tumbuhan dalam menyusun zat organik melalui fotosintesis.
Reaksi penguraian atau perombakan dikenal sebagai katabolisme. Misalnya, sel-sel tubuh menguraikan gula menjadi gas karbon dioksida, air, dan energi. Proses tersebut dikenal sabagai respirasi. Energi yang diperoleh dari hasil respirasi digunakan untuk aktivitas makhluk hidup. Respirasi pada umumnya membutuhkan oksigen. Oksigen diperoleh makhluk hidup melalui proses bernapas. Jadi, saat bernapas makhluk menghrup oksigen untuk respirasi dan mengeluarkan karbon dioksida sisa hasil respirasi.
Proses metabolisme yang melibatkan berbagai reaksi kimia di dalam tubuh menghasilkan zat sisa yang dapat meracuni tubuh. Oleh karena itu makhluk hidup perlu membuang atau mengeluarkan zat-zat sisa tersebut yang dikenal sebagai proses ekskresi
4.      Melakukan Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri yang dilakukan oleh makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Sebagai contoh, jari-jari kaki itik berselaput sebagai hasil adaptasi dengan lngkungan air. Akar napas tumbuhan bakau di pantai sebagai hasil adaptasi dengan lingkungan kurang oksigen di daerah pantai.
5.      Tumbuh dan Berkembang biak
Anak kucing yang dilahirkan akan berkembang menjadi dewasa. Setelah dewasa anak kucng tersebut akan beranak Juga. Demikianlah, setiap makhluk hidup akan tumbuh dari kecil menjadi besar. Setelah menjadi dewasa, makhluk hidup akan menghasilkan keturunan baru. Dengan tumbuh, makhluk hidup dapat berkembang dari usia muda menjadi usia dewasa. Dengan berkembang biak, makhluk hidup dapat meneruskan kelestarian jenisnya.
II.Perbedaan antara Hewan dan Tumbuhan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dengan mudah dapat menemukan bahwa makhluk hidup tergolong tumbuhan dan hewan. Pohon mangga, rumut, dan kelapa tergolong tumbuhan. Sebaliknya, kucing, ayam, dan cacing tergolong hewan. Namun, beberapa makhluk hidup seperti bakteri, jamur, dan protozoa,  sulit untuk dikelompokkan ke dalam dunia tumbuanatau hewan.
Jika kita perhatikan dengan cermat, kita dapat menemukan beberapa ciri yang berbeda antara tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dapat melakukan fotosintesis untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Tumbuhan mampu menyusun sendiri zat organik melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan disebut makhluk hidup autotrouf  ( auto = sendiri, tropein = makanan). Tumbuhan dapat berfotosintesis karena sel-selnya mengandung kloroplas. Kloroplas adalah bagian sel yang berisi pigmen hijau atau klorofil. Sebaliknya, hewan pada umumnya mendapatkan makanannya dari makhluk hidup lain, dengan cara memakan baik tumbuhan maupun hewan lain. Oleh karena itu hewan disebut makhluk heterotrouf.
Berdasarkan makanannya, hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan tumbuhan, pemakan daging, dan pemakan segala. Hewan pemakan tumbuhan disebut herbivor,  contohnya adalah kambing, kelinci, dantikus. Hewan pemakan daging disebut karnivor, contohnya serigala, elang, dan ular. Hewan pemakan segala disebut omnivor, contohnya ayam, kera dan manusia.
Ada jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan pemakan daging. Tumbuhan karnivor itu biasanya hidup di daerah yang kekurangan nitrogen. Untuk mendapatkan nitrogen, tumbuhan itu ”memakan” hewan. Misalnya, tumbuhan kantong semar  yang memakan serangga atau hewan kecil lain yang terperangkap didalam alat tubuhnya yang menyerupai kantong. Didalam kantong itu terdapat enzim pencerna, untuk mencerna tubuh hewan. Kemudian kantong semar akan menyerap sari-sari makanan. Contoh tumbuhan karnivor yang lain ialah venus flytrap.
Tumbuhan dan hewan juga berbeda dalam hal geraknya. Tumbuhan pada umumnya tidak dapat melakukan gerak aktif, seperti pindah tempat. Sebaliknya, hewan dapat bergerak aktif, seperti pindah tempat, berjalan, dan berlari.


C.    Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk kelas maupun individu.
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, ketrampilan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukan kinerja (prilaku) berarti belajar menentukan ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya.
Secara umum Reigeluth dalam buku Nana Sudjana (2004:15)  mengatakan bahwa hasil belajar secara umum dapat dikategori menjadi tiga (3) indikator,yaitu: (1) efektifitas pembelajaran yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut : (2) efisiensi pembelajaran, yang biasaanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran. (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran Biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dengan mengacu pada indikator  dan ketrampilan berfikir tertentu.



D.    Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
I Gusti Agung Nyoman Setiawan menyatakan bahwa  penerapan pengajaran kontekstual berbasis masalah meningkatkan hasil belajar biologi .
Fitri Yuni Astiti dalam penelitiannya model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan hasil belajar.
Dany Andriani dalam penelitiannya Peningkatan hasil belajar IPS ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Unik rahayu menyimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pengajaran berbasis masalah.
Raden muhammad tohir,s.pd menyimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dalam memecahan masalah pada mata pelajaran pkn kelas x.

E.     Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi, mentransfer ilmunya, menguasai kegiatan di kelas atau semua kegiatan berpusat pada guru. Tetapi hendaknya konsep-konsep penting bisa tertanam dengan kuat dalam benak siswa. Guru juga harus mampu melibatkan siswa secara aktif sehingga proses yang terjadi adalah “bagaimana belajar bersama antara guru dan murid”.  
Oleh karena itu perlu adanya metode yang lebih cocok bagi siswa, untuk lebih berperan aktif  dalam proses belajar pembelajaran, sehingga tercipta kondisi belajar yang efektif dan menyenangkan serta siswa mampu menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Bertolak dari uraian di atas pembelajaraan berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan, karena dalam PBL siswa dituntut ikut serta aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. 

F.     Hipotesis
Menurut dasar pemikiran dan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada perbedaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Ceramah Bervariasi  terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VII SMP PGRI 1 Kediri  semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup”.


BAB III
METODE PENELITIAN




A.    Identifikasi Variabel Penelitian
Adapun variabel -  variabel dalam penelitian ini adalah :
1.      Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
Perbedaan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan model pembelajaran ceramah bervariasi.

2.      Variabel Terikat
Dalam penelitian ini mempunyai variabel terikat adalah hasil belajar yaitu hasil nilai ulangan setelah menyelesaikan soal yang diberikan pada akhir pembelajaran.

B.Teknik dan Pendekatan Penelitian
1.    Teknik Penelitian
24
Teknik penelitian yang dipakai dalam penelitan ini adalah penelitian eksperimen, ada dua kelompok kelas dalam penelitian ini yang diambil secara random kelompok satu adalah kelas eksperimen I yang diajarkan dengan model pembelajran berbasis masalah (PBL) . Kelompok dua adalah kelas eksperimen II yang diajarkan dengan motode ceramah bervariasi.
1.1 Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan sebagai berikut :
X1
Kelas Eksperimen I dengan  PBL
X2
Kelas Eksperimen II dengan metode ceramah bervariasi
Y
Hasil Belajar
 









2.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara kuantitatif, karena data yang akan dicari adalah  data yang berupa nilai atau angka yang diperoleh dari hasil tes yang telah dilakukan.

C.Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Kediri.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari tanggal 7 Oktober sampai 25 November 2011.



D. Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 80). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Dari keterangan tersebut peneliti simpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP  PGRI 1 Kediri.

2.      Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang ditunjuk oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008 : 80). Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi Sampel disini merupakan bagian dari populasi yang dijadikan subjek penelitian.
Adapun sampel dari penelitian ini yaitu kelas VII A sebagai X1 (model pembelajaran PBL ) dan kelas VII B sebagai X2 (Ceramah Bervariasi) dengan teknik pengambilan sampel adalah teknik random sampling.Kedua kelas yang terpilih yang mempunyai kemampuan belajar yang rata-rata hampir sama sehingga dapat dilakukan peneltian.

E.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.      Pengembangan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah alat, bahan atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga lebih mudah diolah.
Adapun Instrumen penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),Intrumen pengukuran hasil belajar.
2.      Validasi Instrumen
Instrumen untuk mengukur hasil belajar adalah tes hasil belajar
Tes dilakukan secara tertulis berbentuk :
1.      Objektif (Pilihan Ganda)
2.      Subjektif ( Uraian Singkat)

3.  Langkah-langkah Pengumpulan Data
Prosedur Kerja
Untuk prosedur kerja dalam penelitian ini antara lain :
a.       Menentukan kelas X1 dan kelas X2 dengan menggunakan dua kelas dengan nilai rata-rata hampir sama yang didapatkan dari hasil ulangan harian serta informasi dari guru kelas VII semester I.
b.      Melakukan pembelajaran pada siswa kedua kelas eksperimen I dan eksperimen II.
c.       Melakukan post test pada kelas eksperimen I dan eksperimen II
Dari penelitian ini diperoleh data berupa skor hasil belajar biologi siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar biologi.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar tes dengan bentuk soal sebagai berikut :
a.       Objektif sebanyak 25 soal dan empat alternatif jawaban (a, b, c, atau d) tiap jawaban yang benar diberi skor 3.
b.      Subjektif sebanyak 5 butir soal, tiap jawaban yang benar diberi skor 5.
Dari tes objektif didapat nilai 25 x 3 = 75 dan dari tes subjektif diperoleh nilai 5 x 5 = 25. Total nilai maksimum yang didapat adalah 75 + 25 = 100.  Adapun hasil akhir nilai tersebut merupakan ukuran tinggi rendahnya hasil belajar.

F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji t dan diolah dengan menggunakan program SPSS 17.





29


                                                         BAB IV                                                        
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah  dan motode ceramah bervariasi  tertera pada lampiran 8,  sedangkan perbedaan hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran tersebut  dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 grafik hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran.

Rata-rata nilai kedua kelas sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai rata-rata yang hampir sama,kemudian setelah diajarkan dengan motede ceramah bervariasi dilakukan tes diperoleh rata-rata 64,66 sedangkan untuk model pembelajaran berbasis masalah diperoleh rata-rata 78,22.
29
 


Dari tabel yang tertera di lampiran 9 diketahui nilai t-hitung sebesar (9,402) lebih besar daripada nilai t-tabel (1,986). Hal tersebut berarti hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dan metode ceramah bervariasi berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan, bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi ciri-ciri makhluk hidup pada  siswa kelas VII SMP PGRI 1 Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012 khususnya model pembelajaran berbasis masalah.

  1. Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran berbasis masalah  lebih tinggi  dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Model pembelajaran berbasis masalah lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab pribadi maupun kelompok  yang harus menemukan masalah yang telah disampaikan  dan memecahkan masalah yang telah ditemukan, sedangkan pada motode ceramah bervariasi siswa hanya mendengarkan informasi yang telah disampaikan oleh guru. Metode ceramah bervariasi penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah  sangat tergantung pada kemampuan guru. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara, penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan keberhasilan metode ini.
Pembelajaran berdasarkan masalah melatih siswa untuk belajar sekaligus mengajari teman lain melalui komunikasi yang efektif tentang apa yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya. Dalam proses belajar tersebut mereka saling tergantung antara satu dengan yang lainnya untuk menuju kesuksesan pemecahan masalah yang kompleks .Ketergantungan di antara anggota kelompok disebabkan pemecahan masalah itu telah dirancang dengan sengaja dalam proses pembelajaran ini, karena dalam memecahkan masalah yang kompleks secara komprehensif mustahil dikerjakan sendiri. Kondisi pembelajaran seperti ini melatih siswa bagaimana berinteraksi dengan sesama teman sesama kelompok.
Dalam model PBL  siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar. Menurut Shofiyatul ( 2005) dalam belajar IPA keterlibatan langsung sangat penting karena siswa dapat melihat, menemukan dan mengalami pengetahuan itu sendiri tanpa menunggu pemberian dari guru. Astiti  ( 2007 ) menggemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari pada metode ceramah.Pengetahuan yang didapat dari pengalaman akan lebih kuat tertanam pada diri siswa. Siswa tidak bisa menerima dan memahami konsep IPA dengan baik jika hanya diberi pengetahuan melalui ceramah saja, tetapi harus dilakukan dengan memberi pengalaman-pengalaman yang konkrit agar siswa menahami konsep biologi secara baik dan benar.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, menantang kemampuan siswa serta memberikan keputusan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran siswa, membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan,  memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus  dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar dari guru atau dari buku-buku saja, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru serta dapat meningkatkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.
              Jadi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) memberikan pengalaman-pengalaman konkrit pada siswa. Siswa dibimbing untuk memperoleh data dan menemukan konsep IPA. Dengan cara seperti ini pemahaman siswa IPA menjadi lebih baik.








 



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.Ada perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi bahasan ciri-ciri makhluk hidup antara model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan metode ceramah bervariasi.
2.Hasil belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) lebih tinggi daripada metode ceramah bervariasi pada pelajaran biologi bahasan ciri-ciri makhluk hidup.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah :
1.      Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk memilih model ataupun teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

2.     
33
34
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah  dan metode ceramah bervariasi dapat diterapkan serta memberikan hasil dan perbedaan yang lebih baik lagi pada topik maupun mata pelajaran yang lain dan meningkatkan motivasi belajar yang lebih baik lagi bagi siswa.

1 komentar:

  1. sehun, baekhyun, d.o, kai, suh, chanyeol, lay, chen, xiumin
    i love exo :)

    BalasHapus